Tempat sobat menemukan berita, informasi, kesehatan, opini, review dan lainnnya

Ala Saya, Perjalanan Jakarta ke Wakatobi dengan Kapal Laut


Gini sob. Pas kemarin itu saya nulis update cara cepat menuju Binongko kan kebetulan saya bagiin tuh di sosmed saya. Eh tau-taunya dapat komen banyak dari teman-teman dekat di sosmed.
 "Say, gimana kalo lu bikin cara menuju Jakarta ke Wakatobi, aja. Secara kan orang mau ke Binongko orang ngk begitu kenal, pahamnya ke Wakatobi. Lagian yang dilakuin orang pilihannya destinasi wisata dari Jakarta pasti ke Wakatobi dulu langsung, ngk ke Bau-2 atau KDI transit A.... b.... c.... Bla... Bla...bla... Ah gitulah panjang.

Oh, okelah saya coba ini. Ini bukan tentang sengaja aja buat dan nulis tentang cara dari Jakarta ke Wakatobi ya. Ini memang sudah lebih awal teman-teman dekat request tentang cara dari Jakarta menuju ke Wakatobi, tapi sebelumnya saya juga udah pengalaman sekitar 2, 3 atau lebih lah bolak balik Jakarta-Wakatobi.


Ala Saya, Perjalanan Jakarta ke Wakatobi dengan Kapal Laut


Nah, daripada mubazir cerita pengalaman perjalanan Jakarta-Wakatobi ini disimpan mending saya share aja ke teman-teman semua. Ya kali aja ada yang bermanfaat walau sedikit. Harapannya sih bisa nambah informasi buat kalian yang ingin melakukan perjalanan Jakarta-Wakatobi ya, hehe

Cerita pengalaman saya melakukan perjalanan Jakarta menuju Binongko ini buat saya lebih ke sharing aja sih. Tapi semoga aja ada manfaatnya juga buat orang lain.

Baca juga:


Pengalaman Pulang Ke Wakatobi dari Jakarta


Ada yang bilang, perjalanan Jakarta-Wakatobi itu melelahkan. Karena jauh, transportasi susah, dan lain-lain. Iya sih benar juga.

Hanya saja akan terasa lebih sulit lagi dirasa jika melakukan perjalanan Jakarta-Wakatobi tanpa pengalaman sebelumnya. Jadi dengan kebingungan itulah yang sulit.

Tapi, kalau sudah tau rutenya. Ibaratnya petunjuknya, perjalanan Jakarta-Wakatobi sebenarnya mudah saja karena saat ini transportasi menuju Wakatobi tidak lagi susah.

Saya pribadi, dari pengalaman saya sendiri beberapa kali melakukan perjalanan Jakarta-Wakatobi, sudah melalui perjalanan laut dan udara jadi tidak ada rasa khawatir lagi.


Baca juga:


Perjalanan dengan Kapal Laut Jakarta Menuju Wakatobi


Saat masih menjadi Mahasiswa, maklum kalau uang bulanan juga tak sebanyak itu. Apalagi saya hanya dari keluarga sederhana aja. Maaf curhat dikit ya..

Akhirya, setelah hendak memutuskan untuk melakukan perjalanan Jakarta-Wakatobi,  dibenak saya adalah menggunakan kapal laut saja. Karena sudah pasti biaya perjalanan lebih mudah.

Awalnya agak bingung-bingun sedikit, setelah mencari tahu ternyata segampang itu.

Kalau melakukan perjalanan dengan kapal laut dari Jakarta ke Wakatobi kita bisa menggunakan kapal laut yang langsung menuju kota Bau-Bau, Sulawesi Tenggara langsung dari Jakarta.

Perjalanan ini Jakarta menuju Bau-Bau tersebut menggunakan kapal pelni yang bisa dicek jadwalnya secara online atau offline. Misalnya KM Ciremai, Nggapulu, KM Lambelu, KM Dorolonda, dll.

Setiap kapal ini biasanya akan berlabuh di Tanjung priok Jakarta. Kemudian setiap kapal pelni tersebut memiliki tujuan hingga Jayapura, Bitung, dll.

Untuk tujuan Jakarta Ke Wakatobi terlebih dahulu mencari jadwal kapal pelni yang memiliki tujuan Bau-Bau. Namun dalam perjalanannya, kapal-kapal tersebut akan transit terlebih dahulu di beberapa tempat atau kota misalnya Surabaya dan Makassar kemudian Bau-Bau.

Serunya pada saat dikapal, saya sembari berjalan-jalan untuk mengusir penat. Maklum perjalanan yang amat melelahkan saya kira sekitar 3 hari diatas kapal. Disana saya juga bertemu dan berbincang dengan banyak teman baru seperti teman-teman mahasiswa yang mudik ke kampung halamannya dari Makassar dan Surabaya dengan tujuan yang sama ke Bau-Bau. Beberapa diantara mereka adan yang memiliki tujuan yang sama yakni ke Wakatobi.

Kalau di Bau-Bau, biasanya akan berlabuh dipelabuhan kapal pelni Bau-Bau atau di pelabuhan Murhum Bau-Bau. Setelah sampai di Bau-Bau, maka kita akan langsung memilih tujuannya ke Wakatobi bagian mana nih.

Karena di Wakatobi tersebut ada 4 pulau Besar yakni Wanci, Kaledupa, Tomia dan Binongko. Kebetulan kapal laut dari Bau-Bau menuju Wakatobi tersebut sudah tersedia untuk masing-masing daerah ini.

Tentunya kamu juga harus tau, tujuan kamu ke Wakatobinya dimana. Seperti pengalaman saya waktu itu. Tujuan saya adalah pulau Binongko. Maka saya setelah tiba pelabuhan Murhum dari Jakarta saya langsung ke pelabuhan Batu untuk mencari ketersediaan kapal menuju Binongko. 

Nah disana, ada banyak sekali kapal kayu yang ditemukan untuk tujuan ke Wakatobi seperti kapal menuju Tomia, Kaledupa, Binongko dan Wanci. Biasanya kalau dari Jakarta ke Bau-Bau lama perjalanan sekitar kurang dari 4 hari atau 3 hari lebih lah sekitar 6 jam. 

Kebetulan, kalau dari kapal pelni Jakarta menuju Bau-Bau akan tiba sore hari sekitar jam 2 atau 3 sore maka saya langsung capcus ke pelabuhan jembatan Batu Bau-Bau karena kapal menuju Binongko akan berangkat sekitar jam 3 atau 4 sore menuju Wakatobi (Binongko).

Cerita & Maha Karya Pantai Palahidu: Anak Surga Kecil di Bumi

Kolomberita.online

Inilah cerita, sebuah pengalaman kecil saat di desa. Kenangan dan kesan saat berlibur dan bertamasya di Pantai Palahidu. 

Tentang sebuah Maha Karya Tuhan. Buatan Alam bak surgawi.


Cerita pengalaman berlibur di pantai palahidu. Cerita pengalaman dari desa
Pixabay/leovalente

Pantai Palahidu (Binongko) bagaikan surga kecil di Bumi.


Saat itu senja memerah, matahari sedikit lagi tenggelam dikepung malam. Sang pusaka sinar akan lelap dalam tidurnya sebentar lagi, menyisir masuk dalam cakrawala sudut barat. Ini telah sore dan sebentar lagi akan malam, namun butiran-butiran pasir putih ini ditempat aku berdiri masih memantulkan cahaya terang seakan tidak ingin meninggalkan kisah disepanjang hari ini.


Baca juga:Kuliner
  1. Fakta Unik dan Khasiat Kasoami sebagia makanan khas di Wakatobi

Bertamasya di pantai Palahidu. Pantai yang eksotis dengan warna pasir putih dan gundukan batuan gamping yang tersebar rapi menghiasi pesisir seperti pulau-pulau kecil yang baru lahir disekitarnya. Anak-anak masih berlarian dan berkejaran menyusuri pantai, sepertinya mereka lupa bahwa sebentar lagi akan malam dan sang raja hitam akan menguasai tempat ini dan menjadi gelap. 

Banyak ibu-ibu dan dibantu oleh kaum lelaki sedang sibuk merapikan sisa perbekalan kami, sisa keruntuhan barang-barang yang kami hambur dari beberapa permainan tadi, sisa puing-puing sampah, dan sisa makanan dan masih banyak lagi. Kami berkemas dengan niat akan segera pulang setelah seharian kami menghabiskan enegri bergelut dengan teriknya panas matahari.

Disini tak ada nyiur yang melambai dipantai yang membantu membawa kesejukan dari darat. Disini hanya ada tebing dari bebatuan yang melengkung karena hempasan ombak yang dibentuk mungkin dari puluhan atau ratusan tahun yang lalu. Tapi disitulah kami berlindung, struktur alam ini seakan tahu dan sengaja menyajikan ruang bagi kami para penikmat surga alam yang nyata. 


Baca:

Sekalipun hangatnya mentari kadang terasa menusuk pori-pori kami, tapi suguhan alam dari mahakarya Tuhan yang luar biasa ini mampu membunuh seluruh kejemuan dan keterusikan sesaat ditempat ini.

Naturalisasi kehidupan pun tercipta disini. disiang tadi, kami sempat membuat beberapa api unggun dari ranting-ranting yang kami kumpulkan dari pesisir pantai. Ranting-ranting ini entah datang dari mana mengikuti hempasan ombak sampai disini. Kami juga membersihkan ikan-ikan yang akan dibakar untuk jamuan makan siang hanya dengan air laut. 

Tak lupa, tempat kami duduk beralaskan beberapa dedauan kelapa dan untuk suguhan makanan kami beralaskan daun pisang. Jika dirumah atau dikota besar, saat makan pasti sedang duduk dimeja makan menggunakan sendok dan garpu justru kami menggunakan tangan untuk makan. Tak ada perasaan risih, kami semua menikmati dengan suka cita dan canda tawa kami pun juga tumpah ruah disini. 

Rasanya seperti kembali ke alam, angin-angin sepoi juga datang melalui celah-celah bebatuan dari sudut-sudut goa disekitar tebing tempat kami duduk.

Terkadang, bisa juga kita menyaksikan hempasan ombak yang datang mengulung-gulung dan mereda saat sampai dibibir pantai. Saat pantulannya mengenai sudut-sudut batuan yang tergeletak disana, justru membunyikan suara dan terdengar seperti irama yang menunjukkan kekhasan sifat alam yang sesungguhnya. Sempurna, warna alam ini dan keindahan ditempat ini adalah sebuah kompisisi yang melengkapi rasa ketakjuban diri terhadap kebesaran Tuhan. 
 
Pantai Palahidu, adalah satu dari tempat wisata yang sering dikunjungi di kampung kelahiran saya Binongko. Salah satu magnet dari pantai ini adalah karena selain keindahannya dengan panorama pasir putih yang memukau juga oleh jejak sejarahnya. 

Benteng Palahidu yang masih tersusun rapi membentuk gerbang masuk menuju pantai ini menunjukkan salah satu kearifan lokal dalam sejarah kerajaan yang pernah bermukim disini. Gambaran kehidupan dengan wilayah kekuasaannya pernah ada ditempat ini ditandai dengan masih berdirinya salah satu tiang masjid yang masih kokoh dan menjadi simbol kekuatan agama Islam masuk kedaerah ini. 

Ada juga sebuah makam tiga susun yang menjadi ikon utama saat menuju pantai Palahidu, makam ini menjadi tempat perkuburan salah satu family atau keluarga semua tergabung disini. Makam yang diletakkan dengan ketinggian lebih dari tiga meter ini terdiri dari tiga susun dan strukuturnya hanya dibentuk dengan kapur dan putih telur saja. 


Baca juga:

Selain itu, untaian sejarah pernah berdirinya hingga berakhirnya atau runtuhnya kerajaan Palahidu akan menghiasi selaksa bayangan lengkap dengan kisah mitos sekaligus belenggu pertempuran melawan penjajah jika siap untuk mendengarkan. 

Sayangnya beberapa dari rangkaian cerita ini belum pernah dijumpai titik temu tentang kisah yang sebenarnya, sehingga hal ini masih menjadi penelusuran yang tiada henti untuk menguak kisah dibalik tenggelamnya kerajaan yang pernah berkuasa ini. 

Tabir dan misteri juga masih mengaung dalam cerita rakyat atau masyarakat disini. Seperti kisah Sibadan Tujuh Siku dan salah satu jejak kakinya yang pernah ditemukan diwilayah ini. 

Kisah si Mata Merah, dan La Fulu Gio atau manusia yang berbulu lebat. Tiga nama ini bahkan pernah disebut ikut terlibat dalam melawan penjajah Belanda saat masuk ke pulau Binongko. Seperangkat kisah dan tempat bersejarah ini akan menjadi warisan yang harus tetap disokong dan dipertahankan keberadaannya hingga sampai kepada anak cucu kita.

.........
Matahari sejengkal lagi akan tenggelam. Garis horison yang merah menjuntai diufuk barat juga hampir redup. Barisan ibu-ibu, sekumpulan anak-anak dan para orang tua lainnya sekaligus para remaja atau kami semua dalam serombongan yang datang bertamasya tadi pagi dipantai ini juga sudah berkemas akan segera pulang. 

Cerita tadi pagi dan siang tadi bahkan sampai tadi sore rasanya masih membekas dan mungkin akan menjadi salah satu kenangan yang terindah. Air laut yang pasang juga mulai membisik dengan hempasan ombak yang tidak ingin diam membentur pada beberapa batu besar disana yang menjuntai kelaut. 

Kemudian kami berjalan beriringan menyusuri pantai yang akan membunuh rasa penasaran untuk kembali kesini lagi. Pulang dengan rasa berutang ingin kembali lagi dan lagi akan selalu terbayangkan sebab alam dan keindahan pantai ini sungguh menakjubkan dalam pandangan. Terbesit dalam rasa keinginan yang tidak puas mengunjungi tempat ini hanya dalam waktu sehari saja. 

Lagi dan lagi aku ingin kembali untuk mengukir kisah-kisah baru dengan orang-orang yang tercinta.

Sebuah kombinasi seperti suguhan istimewa menurut saya hingga bisa menuju tempat dan pantai ini. Letaknya strategis tidak jauh dari perkampungan, kemudian hadirnya dua wilayah daratan dan pesisir pantai dengan unsur keunikan dan sejarah masing-masing. 

Sebelum memasuki gerbang pantai kita akan menyaksikan beberapa simbol sejarah yang ditemukan disini termasuk dengan gerbang menuju pantai tersebut juga masih dibalut dengan susunan batu-batu kecil bekas benteng pertahanan kerajaan Palahidu. 

Setelah itu kita akan melalui beberapa buah anak tangga menuju pantai Palahidu sambil menikmati hawa sejuk aroma pantai dari ketinggian. Panorama pesisir pantai pasir putih pun juga sudah bisa terlihat dari sini, sekaligus dibawah sana ada beberapa goa-goa, dan tebing-tebing yang melengkung bagian bawah atau dasar tebing tersebut akibat hempasan ombak yang terus-menerus dan itu bisa mejadi tempat berlindung bagi pengunjung.

Lengkap juga dengan sajian warna air laut hijau dan biru, bersih dan terang. Sekali lagi, ini adalah mahakarya atas segala kebesaran Tuhan yang menakjubkan.

Sedikit lagi hampir malam. Tapi sedikitpun saya tidak ingin beranjak dari tempat ini untuk menyimpannya dalam pikiranku. Saya sudah bilang, bahwa saya akan kembali lagi. Karena saya belum puas dan ingin lagi dan lagi untuk datang kembali. 

Pantai Palahidu, pasir putih yang menjuntai. Ombak menggulung berderu mesra, tebing dan batu dengan lekukan yang molek didasar. Pesonanya, indahnya: bak anak surga kecil di bumi.

Pengalaman Menyenangkan dan Berkesan Pakai Gojek, Pesan Ojek Online Pakai Go Ride, dan Pesan Makanan Pakai Go Food

ya, Gojek. Tentang Gojek. Apa yang sobat pikirkan tentang Gojek? Sekilas kita akan menjawab: Gojek itu Ojek Online kan?

Padahal, Fitur Gojek di aplikasi Gojek itu banyak loh, bukan hanya ojek online. Mulai dari GoFood, GoMart, Go Send, Go Ride, Go pay, Go Car, termasuk dapat membayar tagihan, listrik, pulsa, BPJS, utamanya dalam pesan ojek online pakai Go Ride, pesan makanan pakai Go Food dan masih banyak lagi.

BTW, ketika bahas soal Gojek saya jadi teringat pengalaman menarik saya yang tak pernah terlupakan tentang Gojek, saat saya memesan ojek online pakai Go Ride, dan pesan makanan pakai Go Food.

Cerita soal pengalaman saya dengan Gojek, jujur saja itu kembali mengingatkan saya dengan rasa rindu saya dengan aplikasi Gojek yang jelas-jelas sudah banyak membantu aktivitas dan perjalanan saya sehari-hari terlebih dimasa itu, pasca lahiran anak pertama.


Cerita pengalaman terkait momen dimana saya sangat bergantung dengan aplikasi Gojek, seperti pesan ojek online dengan Go Ride maupun pesan makanan di Gojek pakai Go Food. Bahagianya, baik Go Ride maupun Go Food itu sudah terdapat dalam satu aplikasi yakni aplikasi Gojek jadi buat saya itu lebih simpel dan praktis.
Ilustrasi: Cerita pengalaman yang menyenangkan saat pesan makanan dan ojek online dengan aplikasi Gojek



Cerita pengalaman terkait momen dimana saya sangat bergantung dengan aplikasi Gojek, seperti pesan ojek online dengan Go Ride maupun pesan makanan di Gojek pakai Go Food. Bahagianya, baik Go Ride maupun Go Food itu sudah terdapat dalam satu aplikasi yakni aplikasi Gojek jadi buat saya itu lebih simpel dan praktis.

Sehingga, saya merasa perlu akan berbagi tentang cerita pengalaman saya yang menyenangkan saat memesan ojek online di Go Ride dan memesan makanan di Go Food.


3 Pengalaman Menyenangkan dan Berkesan dengan Gojek saat Pakai Go Ride ( Pesan Ojek Online) dan Go Food (Pesan Makanan)



Tinggal jauh dari keluarga dan hanya berdua dengan suami di kota memang banyak suka dukanya. Apalagi pas momen saya lahiran anak pertama. Ringkasnya, saya melahirkan anak pertama secara premature yakni di usia kandungan 7 bulan. Otomatis waktu kelahiran saya diluar prediksi sebelumnya. 


Pengalaman Menyenangkan menggunakan Aplikasi Gojek, Memesan Ojek Online dan Memesan Makanan  usai Momen Lahiran Anak Pertama, Gojek sangat Berkesan


Momen itu terasa sangat tegang sekali. Apalagi ini adalah yang pertama kalinya bagi saya dan jauh dari orang tua. Mulai kontraksi pada saat subuh yakni jam 5 pagi. Suami mulai panik dan segera memesan taksi online dari aplikasi di handphone-nya sendiri.

Ya, benar dong. Si "bapak driver" pun tiba di rumah. Sayangnya setelah mengetahui mobilnya akan ditumpangi oleh kami. Bapak driver itu langsung menolak dengan tegas. "Maaf buk, nanti mobil saya kotor". Ya sudah, kalau memang menolak ya silahkan.

Dengan kesal saya langsung mengambil "hp" dan segera memesan Go Car di aplikasi Gojek saya. Dan dengan segera pula sang Bapak Driver datang dengan wajah yang enak di pandang. Syukurnya beliau pun dengan senang hati menerima dan siap mengantarkan. Alhmdulillah.


Suami pertama kali pakai Go Ride dari Aplikasi Gojek


Sekitar 10 menit, kami sampai di rumah sakit dr. Ismoyo Kendari. Singkat cerita persalinan berjalan lancar. Namun, karena momen kelahiran saya ini secara premature dan di luar perkiraan, otomatis beberapa keperluan bayi dan kebutuhannya belum sempat di persiapkan sebelumnya.

Karena tidak mau repot,  saya meminta suami untuk unduh Gojek saja dan pakai Go Ride agar bisa langganan diantar belanja segala keperluan bayi. Lagipula lebih praktis kita bisa bayar pakai Gopay juga.

Seusai berbelanja, menurut suami ini merupakan pengalaman pertama dan menyenangkan buat dia dengan pesan Go Ride saja. Karena selain driver-nya ramah mereka juga bisa membantu, kadang merekomendasikan perlengkapan yang harus di beli untuk bayi.

Akhrinya, di momen itu suami mulai langganan Go Ride, untuk dia pakai pulang-pergi ke rumah sakit, karena dia juga harus menjaga rumah, mengecek keadaan di tempat kerja, dll.

Rutin Memesan Makanan di Go Food

Setelah persalinan selesai saya kembali ke ruang perawatan dari ruang bersalin. Kebetulan dokter menyarankan saya untuk menginap sekitar dua hari. Nah, pengalaman menarik bersama Go Food pun dimulai karena drama soal makanan saja.


Pengalaman dan kesan pertama pakai gojek. Pesan makanan di go food
Ilustrasi: Pengalaman pesan makanan di Go Food ketika rutin memesan makanan di Go Food pakai aplikasi Gojek


Tau sendiri kan, saya hanya berdua dengan suami dan tidak ada keluarga satupun di sana. Otomatis, Go Food menjadi andalan kami saat itu untuk memesan makan setiap jam makan tiba.

Apalagi suami yang selera makannya ribet. Jadi lebih praktis pakai Go Food saja. Senangnya pakai Go Food yang bikin pengalaman memesan makanan jadi berkesan adalah bapak driver yang datang membawa orderan makanan selalu menitip salam untuk anak saya yang baru lahir.

Entah darimana mereka mengetahui saya baru saja lahiran atau karena mungkin mereka bisa menebak dari kamar yang kami gunakan. Setidaknya, dari keramahannya itu akan selalu membuat saya berkesan terlebih dari saya yang jauh dengan keluarga.


Kedatangan Mama dari Kampung, dan Mama Bilang: "Apa-apa Gojek", Apa-apa Go Food, Go Ride, apalah itu


Pasca melahirkan, suami langsung menelpon keluarga saya di kampung. Dan ibu atau mama saya kebetulan berkenan datang. Katanya, untuk membantu mengurus 'si bayi kecil'.

Momen itu kebetulan saya sudah 4 hari berlalu usai lahiran, dan saya sudah 2 hari kembali ke rumah. Dan mama baru akan sampai di Kendari hari ini. Ya maklum, perjalanan agak jauh sih dari Wakatobi mengingat trasnprotasi juga tidak begitu lancar saat itu.

Lucunya pada saat kedatangan mama, suami tidak sempat lagi menjemput karena harus segera membereskan urusan pekerjaannya. Jadi, yang menjemput mama si pelabuhan saya sengaja pakai Gojek. Memesan ojek online pakai Go Ride.

"Ma, nanti di jemput sama Gojek ya.. Ojol!". Kata saya ke mama. Langsung mama jawab: "siapa si Gojek, siapa si Ojol, mama tidak kenal ah. Jangan, suami mu saja yang jemput". Lalu saya jawab lagi: "pokoknya tenang aja, aman. Itu yang ada di iklan tv, ojek-ojek itu yang pake helm ijo tulisannya Gojek". Dengan sedikit penjelasan panjang lebar akhirnya mama setuju.

Pada saat di jemput pun mama sudah saya beritahu untuk langsung ke parkiran pelabuhan, tinggal di cari bapak "ojol" nya. Yang pake helm ijo atau jaket ijo tulisan Gojek. Nanti di cek plat motornya: DT xxxxx (sebagai contoh).

Setelah sampai dirumah mama sudah saya jamu dengan beberapa menu masakan khas di kota ini, sinonggi, ikan bakar, kasoami, ikan parende, dan pisang ijo. Ya pasti dong mama langsung tanya: "siapa yang siapkan dan memasak ini?". Lalu saya jawab: "Go Food, temannya Gojek, sekarang lebih gampang pesan makanan pakai Go Food saja".

Esok harinya, pagi-pagi bangat mama sudah siap-siap mau kepasar ingin berbelanja dan ingin masak sendiri katanya dirumah. Tapi karena tidak ada yang menemani ke pasar akhirnya saya pesankan ojek online lagi pakai Gojek. 

Awalnya mama khawatir, tapi saya menjelaskannya bahwa mama cukup pegang hp aja, biar gampang saya telpon. Nanti saya yang pesan pulang dan perginya. Mama juga tidak perlu bayar, karena saya bayar pakai Gopay saja.

Setelah pulang berbelanja di pasar, mama langsung cerita. "Anak-anak di kota jaman sekarang sudah enak ya, tidak susah-susah lagi, apa apa Gojek, apa-apa Go Food, apalah-apalah". Haha aduh mama.


Pengalaman pertama yang menyenangkan saat mama belanja pertama kali ke pasar dan hanya di temani ojol atau ojek online pakai Goride dari aplikasi Gojek
Masih ingat ini foto pertama mama belanja ke pasar dan hanya diantar ojol pakai Gojek


Bayar Go Ride dan Go Food lebih Praktis Pakai Go Pay.

Jujur saja awal suami mulai pakai Gojek yah karena rekomendasi dari saya. Tapi, saya pribadi mulai memakai Gojek sudah cukup lama. Alasannya simpel, karena adanya Gopay di aplikasi Gojek.

Pertama kali top up saldo di Gopay karena iseng-iseng ingin mencoba kemudahannya seperti membayar belanjaan di online, eh sampai sekarang malah keterusan pakai Gopay buat bayar-bayar.

Karena di Gopay bisa di pake buat bayar apa saja. Mulai dari listrik, pulsa, data, belanja di alfamart, indomaret, dan masih banyak lagi yang menyangkut urusan bayar-membayar yang dilakukan ibu-ibu.

Untungnya di Go Pay ini sudah sepaket dengan Go Ride dan Go Food jadi semuanya lebih praktis saja. Hanya satu aplikasi jadi bisa pesan ojek online seperti Go Ride dan pesan makanan di Go Food semuanya di bayar pakai Go Pay.

Cari Blog Ini

Back To Top